PIUTANG DAGANG DAN MANAJEMEN PERSEDIAAN
Kebijakan Manajemen Kredit
Setiap perubahan kebijaksanaan
kredit yang dilakukan korporasi akan merupakan keputusan yang menyangkut trade-off
antara kenaikan profitabilitas di satu sisi dan resiko di sisi lain.
Manajemen kredit menyangkut bidang keputusan
sebagai berikut:
1. Analisis risiko kredit
2. Menetapkan standar untuk
menerima atau menolak risiko kredit
3. Menspesifikasikan syarat
kredit
4. Memutuskan bagaimana
membiayai piutang usaha kredit yang ada
5. Menetapkan siapa yang
menanggung risiko kredit
6. Menetapkan kebijakan dan
praktik penagihan
7. Menghindari optimisasi yang
kurang dari masing-masing departemen.
B. Analisis Kredit
Suatu analisis kredit
menggambarkan tentang suatu proses untuk melakukan penilaian atau evaluasi
apakah pelanggan dapat diberikan kredit atau tidak. Analisis kredit berusaha
untuk menetapkan siapa yang harus menerima kredit dan berdasarkan kondisi apa.
Dua aspek dari proses itu harus dibedakan yaitu langganan baru versus langganan
yang ada. Yang kedua tidak begitu sulit karena pengalaman memberikan informasi
yang cukup banyak.
Selain itu, perusahaan akan
melaksanakan analisisnya sendiri untuk mengambil keputusan yang independen.
Dalam kredit dagang, perusahaan melakukan baik penjualan kredit maupun
memberikan kredit. Kedua kegiatan itu saling berkaitan. Bagaimana pelanggan
berperilaku mungkin tergantung pada bagaimana organisasi penjualan
memperlakukan pelanggan. Selain itu kebijakan dan praktik penagihan dari
penjualan yang tidak disukai mungkin mempengaruhi pelanggan.
1. Sumber Informasi
Ada 2 sumber informasi eksternal yang tersedia.
a. Dengan
mengadakan pertemuan kelompok lokal dan dengan surat menyurat, pengalaman
berhubungan dengan debitor dipertukarkan melalui asosiasi para pemberi kredit.
b. Suatu
biro pelaporan kredit (di Indonesia). Salah satu biro yang paling terkenal di
AS adalah Dun & Bradstreet.
Sumber informasi kredit lainnya adalah bank-bank
komersial dimana para pelanggan berhubungan. Walaupun bank tidak dapat
memberikan data tentang jumlah simpanan dan pinjaman para nasabahnya, akan
tetapi beberapa informasi umum dapat diperoleh. Biasanya bank akan mencantumkan
jumlah deposito atau rekening gironya atau pinjaman dalam bentuk jumlah angka
(misalnya enam angka menengah).
2. Analisis Informasi Kredit
Penilaian kredit akan timbul
dengan analisis rasio keuangan yang relatif baku, dengan penekanan pada rasio
likuiditas, leverage dan profitabilitas. Rasio tersebut akan dibandingkan
dengan rasio gabungan untuk bidang industri usaha dimana perusahaan tersebut
bergerak.
Di samping analisis keuangan
umum, juga dilakukan beberapa penilaian khusus yang berkaitan dengan kegiatan kredit.
Informasi tentang pembayaran kembali yang dilakukan oleh para pelanggan
dimasukkan dalam pertimbangan penilaian. Hal ini dilakukan dengan cara
mengambil data hutang dagang dari neraca dan menghitung umur rata-rata hutang
dagang. Periode pembayaran rata-rata tersebut kemudian dapat digunakan dengan
dua data pembanding lain.
1. Periode pembayaran aktual
dari syarat kredit
2. Periode pembayaran rata-rata
untuk bidang usaha dimana pelanggan bergerak.
3. Sistem Penilaian Formal
Setelah analisis informasi
kredit, perusahaan mungkin berusaha mengungkapkan hasil-hasilnya dalam istilah
kuantitatif. Ini secara umum dikenal sebagai penilaian kredit (kredit scoring),
adalah merupakan suatu cara yang paling mudah dan murahuntuk menilai pemberian
kredit.Ini menyangkut ukuran numerik untuk meramalkan probabilitas bahwa
langganan tepat pada waktunya. Kadang-kadang analisis dibalik untuk meramalkan
probabilitas bahwa langganan tidak akan membayar tepat pada waktunya atau
sesungguhnya akan menjadi bangkrut.
4. Standar Kredit
Standar kredit adalah salah
satu criteria yang dipakai perusahaan untuk menyeleksi para langganan yang akan
diberi kredit dan berapa jumlah yang harus diberikan
Jika suatu perusahaan
melakukan penjualan dengan kredit hanya kepada para pelanggan yang kuat,
kerugian karena timbulnya piutang ragu-ragu biasanya kecil. Sebaliknya ada
kemungkinan tingkat penjualan yang hilang tersebut dapat lebih besar daripada
biaya yang dapat dihindarinya. Untuk menentukan standar kredit yang optimum
perusahaan perlu membandingkan antara biaya marjinal pemberian kredit dan laba
marjinal dari peningkatan penjualan.
Yang termasuk dalam biaya
marjinal adalah biaya-biaya produksi dan penjualan akan tetapi untuk sementara
yang perlu diperhatikan adalah biaya-biaya yang berkaitan dengan kualitas para
pelanggan, atau biaya kualitas kredit. Termasuk dalam biaya-biaya ini
adalah (1) kerugian karena piutang ragu-ragu ; (2) biaya pemeriksaan dan
penagihan yang lebih tinggi, dan (3) dan yang lebih besar yang tertahan dalam
piutang dagang (yang mengakibatkan biaya modal lebih tinggi, karena
pelanggan yang kurang layak menerima kredit, menunda pembayarannya).
C. Syarat Kredit
Adalah kondisi pembayaran
kredit yang ditawarkan kepada pelanggan; syarat kredit meliputi periode kredit
dan potongan tunai. Periode kredit adalah jangka waktu dimulai dari ketika
kredit diberikan, setelah itu kredit dianggap tertunggak. Secara umum, periode
kredit dimulai pada tanggal yang tertera di faktur, tapi tergantung dari
standar tiap industri, periode pembayaran bisa dimulai ketika barang diangkut,
ketika barang diterima pembeli, pada awal bulan, pada akhir bulan, pada tengah
bulan, atau pada waku-waktu tertentu sesuai syarat kredit.
Suatu syarat kredit menetapkan
adanya periode di mana kredit diberikan dan potongan tunai (jika ada) untuk
pembayaran yang dilakukan lebih awal. Misalnya jika perusahaan menetapkan
syarat kredit kepada semua pelanggannya sebagai 2/10, net 30, maka potongan
tunai sebesar 2 persen diberikan jika pembayaran dilakukan dalam jangka 10 hari
dan jika potongan tunai tidak dimanfaatkan maka pembayaran harus dilakukan
selambat-lambatnya dalam waktu 30 hari. Jika syarat yang ditentukan adalah “net
60” berarti bahwa perusahaan tidak memberikan potongan tunai, dan pembayaran
harus dilakukan selambat-lambatnya 60 hari setelah tanggal faktur.
Lima aspek syarat kredit yaitu sifat ekonomik produk,
kondisi penjual, kondisi pembeli, periode kredit, dan potongan tunai.
1. Sifat Ekonomik Produk
Barang-barang dengan perputaran penjualan yang
tinggi dijual dengan syarat kredit yang relatif pendek, pembeli menjual kembali
dengan cepat, yang menghasilkan uang tunai sehingga mampu membayar kepada
pemasok.
2. Kondisi Penjual
Penjual yang keuangannya lemah membutuhkan uang
tunai atau syarat kredit yang ditawarkannya berjangka sangat pendek.
3. Kondisi Pembeli
Pada umumnya pengecer yang sehat keuangannya menjual
secara kredit, dan sebaliknya menerima kredit yang lebih lama.
4. Periode Kredit
Melonggarkan periode kredit dapat mendorong
kenaikan penjualan, akan tetapi biaya atas dana yang terikat pada piutang
dagang akan meningkat.
5. Potongan Tunai
Potongan tunai adalah reduksi harga didasarkan
atas pembayaran yang dilakukan selama periode waktu yang ditentukan.
D. Seasonal Dating
Adalah syarat kredit yang digunakan untuk
mendorong konsumen untuk melakukan pembelian di luar musim (out of season)
dengan tidak mengharuskan pembayaran sampai tanggal waktu yang telah
ditentukan, tidak peduli kapanpun barang itu dibeli.
Jika penjualan adalah musiman, perusahaan dapat
menggunakan seasonal dating untuk menetapkan periode kresit. Contohnya,
Slimware Inc., perusahaan baju renang, menjual dengan syarat kredit 2/10, net
30, May 1 dating. Ini berarti bahwa faktur baru mulai efektif pada tanggal 1
Mei, walaupun penjualan terjadi pada bulan januari. Diskon dapat diperoleh jika
pembayaran dilakukan paling lambat tanggal 10; jika tidak pembayaran harus
dilakukan secara penuh pada tanggal 30 Mei.
E. Kebijakan Perubahan Kredit
Kebijakan pemberian kredit sangat besar
pengaruhnya terhadap penjualan. Seberapa jauh korporasi menetapkan kebijakan
kredit dapat mempengaruhi permintaan barang atau penjualan, sehingga tingkat
penjualan pada akhirnya sangat menentukan trade off antara laba dan
biaya bed debt loses, opportunity investasi pada piutang. Sehingga
perlu diadakan perubahan-perubahan kebijakan persyaratan krredit, hyang akan
dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Perubahan
periode kredit,
2. Perubahan standar kredit untuk menyusun
criteria resiko dari nasabah apabila diberikan kredit,
3. Perubahan
kebijaksanaan penagihan.
Adapun kebijakan kredit dan pengumpulan piutang
mencakup beberapa keputusan :
a. Kualitas
account accepted
b. Periode kredit
c. Potongan
tunai
d. Persyaratan
khusus
e. Tingkat
pengeluaran untuk pengumpulan piutang
F. Memantau Manajemen
Piutang
Dua masalah kunci yang dihadapi eksekutif dalam manajemen
piutang dagang adalah peramalan dan pengendalian piutang dagang.
Masalah dengan DSO dan AS
Kita pertama akan menelaah dua metode yang
digunakan secara luas oleh perseroan-perseroan, yaitu Tingkat Penjualan Harian
dan Skedul Umur. Kita kemudian memusatkan perhatian kita pada pendekatan pola
pembayaran, yang menawarkan cara yang lebih baik untuk memantau piutang dagang.
Menurut hasil survei Stone, dari seluruh
perusahaan yang dilaporkan menggunakan prosedur sistematik untuk memproyeksikan
piutang dagang, pada umumnya menggunakan proyeksi pro forma DSO atau beberapa
rasio piutang dagang lainnya terhadap penjualan. Dalam pengendalian piutang
dagang, metode AS (skedul umur piutang dagang) merupakan metode yang banyak
dipakai.
Tingkat Penjualan Harian
Tingkat Penjualan Harian Rata-rata (DSO atau
Day’s Sales Outstanding) pada waktu tertentu t biasanya dihitung
sebagai rasio piutang terhadap penjualan harian :
DSOt = Total Art
Penjualan Harian
Angka penjulan harian diperoleh dengan
merata-ratakan penjualan sepanjang periode waktu yang terakhir. Periode
rata-ratanya bisa 30 hari, 60 hari, 90 hari atau periode lain yang relevan.
Jelas bahwa DSO dipengaruhi oleh tingkat penjualan dan periode rata-rata yang
digunakan.
Skedul Umur Piutang
Dagang
Skedul Umur Piutang Dagang adalah persentasi dari
piutang dagang akhir kuartal dalam kelompok umur yang berbeda. Istilah kelompok
umur di sini merupakan periode waktu di mana piutang dagang terjadi sejak waktu
penjualan. Skedul Umur piutang Dagang yang baik menunjukan persentase yang
kecil piutang dagang akhir kuartal dari penjualan yang lama, dengan persentase
yang tinggi berdasarkan penjualan bulan-bulan yang terakhir.
G. Faktor-Faktor Lain Yang
Mempengaruhi Kebijakan Kredit
1. Potensi Laba (Profit Potential)
Jika dapat menjual secara kredit dan sekaligus
membebankan bunga pada piutang dagang tersebut, penjualan kredit sebenarnya
lebih menguntungkan daripada penjualan tunai.
2. Pertimbangan Legal
(Legal Consideration)
Adalah ilegal jika perusahaan membebankan harga yang
berbeda diantar konsumen-konsumen kecuali perbedaan harga ini diperbolehkan
secara legal.
3. Instrumen Kredit
(Credit Instruments)
- Open Account
- Promissory Note
- Commecial Draft
- Conditional Sales Contract
Cara membuat standar kredit, meliputi:
1.
Kerugian dari piutang macet
2.
Biaya pemeriksaan dan penagihan
3.
Penambahan modal untuk piutang dagang
Untuk meningkatakan kualitas kredit dibuat
kriteria penilaian kredit yaitu 5C:
1. Character
(kepribadian), dari pihak yang berwewenang dari pembelian kredit yang berkaitan
dengan kepercayaan perusahaan pada janji yang bersangkutan untuk melunasi
hutang dagangnya.
2. Capacity
(Kemampuan), penilaian subjektif yang diukur dari prestasi bisnisnya di masa
lampau.
3. Capital (Modal),
dapat dilihat dari posisi keuangan perusahaan dengan mengukur struktur modalnya
dan likuiditasnya.
4. Collateral
(Jaminan berupa dana tunai pada giro)
5. Condition
(Kondisi ekonomi yang berdampak pada usaha pelanggan)
0 komentar:
Posting Komentar